Berita kehamilanku kukabarkan ke keluargaku juga ke keluarga suamiku. Mereka yang mendengarnya sama bahagianya dengan kami. Untuk orang tuaku sendiri, kehamilanku ini merupakan calon cucu pertama mereka.
"Ndak ada jako mual sama muntah nak?" dan pertanyaan-pertanyaan seputar masa ngidam lainnya kerap kudengar dari mama dan mertuaku. Dan betapa bersyukurnya saya karena saya sama sekali tidak merasakan betapa beratnya ngidam itu dengan mual, muntah dan penderitaan lain yang sering dialami oleh ibu hamil lainnya.
Baru sekitar 9 minggu usia kehamilan, saya harus ke Makassar untuk mengikuti Diklat Prajabatan yang dilaksanakan di Badan Diklat Daerah. Alhamdulillah masa prajabatan juga tidak terlalu memberatkan saya. Yang agak sedikit mengkhawatirkan saat itu hanyalah saya yang harus bolak balik Mamasa-Makassar dalam rangka prajabatan tersebut.
Diusia 16 minggu, saya melihat dirinya untuk pertama kali lewat USG. Masyaa Allah sekali rasanya melihat sesosok jabang bayi mungil tengah menari-menari di dalam sana. Mungil sekali, indah sekali, rasa bahagia, takjub dan terharu sekaligus bercampur menjadi satu.
Si Jabang Bayi |
Menjelang usia 6 bulan kehamilan, saya baru bisa merasakan gerakan tubuh mungilnya. Semakin besar dirinya berkembang didalam perut, semakin terasa gerakannya. Kadang menendang. Kadang seperti cegukan dan kadang seperti sedang jungkir balik. Bahkan sesekali gerakannya membuat saya terkejut saat makan ataupun tidur.
Dan ohh ... Tentu tak terlupakan juga betapa semakin membesar perut, semakin sukar rasanya untuk terlelap di malam hari. Bahkan sekedar berbalik badan saja rasanya sungguh luar biasa. Mendekati hari persalinan, toilet menjadi tempat yang paling sering kita kunjungi dalam 24 jam, tidak mengenal waktu.
Saya sangat bersyukur sekali karena selama 36 minggu masa kehamilan yang pertama ini, tidak ada rasa sakit yang berarti. Saya menikmati setiap waktunya. Menikmati setiap perkembangan si jabang bayi di dalam sana. Semua yang terbaik kuusahakan untuknya. Vitamin, susu, makanan dan semua yang terbaik.
Hingga hari yang kutungu-tunggu itupun tiba. Rupanya dia ingin lahir lebih awal dari perkiraan bidan maupun dokter yang mengatakan bahwa kemungkinan dia akan lahir di akhir bulan Mei atau di awal bulan Juni. Sehingga saya pun telah merencanakan untuk kembali ke Makassar di pertengahan bulan Mei.
"Fit, cepat maki ke Makassar karena kayaknya kalau kulihat itu mau meki melahirkan" Ujar seorang bidan di rumah sakit tempatku bekerja. Untungnya saya mendengar sarannya, dan pulang keesokan harinya.
Mamasa-Makassar memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan darat. Saya berangkat ke Makassar di hari Sabtu tanggal 29 April. Malam saat saya sampai, belakang tubuh saya rasanya sakit sekali tapi saya pikir itu karena faktor perjalanan yang melelahkan.
Di Hari Minggu tanggal 30 April, saya masih sempat berjalan di minimarket sekitar rumah untuk mencari sosis sapi yang entah kenapa rasanya ingin sekali saya memakannya. Sepulang dari berkeliling itu saya dan mama bercerita di kamarnya, sampai saya pamit untuk ke toilet karena ingin berkemih. Tapi baru sekitar setengah meter saya keluar dari pintu kamar, cairan bening bercampur darah tumpah di kedua belahan paha saya. Setengah berteriak saya memanggil mama untuk memastikan cairan yang keluar tersebut.
Rupanya itu adalah cairan ketuban saya yang merembes. Saya tidak bergegas ke rumah sakit karena saya rasa ini belum waktunya saya melahirkan karena saya sama sekali belum merasakan sakitnya.
Saya bahkan masih sempat untuk berjalan-jalan keluar masuk rumah, pikiran saya saat itu adalah agar dapat mempercepat pembukaan dan semakin memudahkan persalinan saya. Saat hendak ke rumah sakit, saya menelpon seorang dokter di rumah sakit tempat saya dinas dan mengabarkan keadaan saya. Setengah panik sang dokter lantas menyuruh saya untuk bergegas ke rumah sakit. Tiba di UGD Rumah Sakit Seorang dokter mengecek pembukaan saya dan ternyata telah pembukaan dua.
Karena pembukaan telah terjadi dan ketuban telah merembes selama lebih dari 5 jam yang mengakibatkan ketuban berkurang drastis, maka untuk meminimalisir resiko, jalan yang di tempuh dokter yaitu dengan jalan induksi. Saya mulai di induksi pada pukul 10 malam tanggal 30 April.
10 jam setelah proses induksi, tepatnya di hari Senin, 1 Mei 2017, pukul 08,24, si dia yang telah 242 hari membersamaiku akhirnya terlahir kedunia membawa sejuta kebahagiaan kami bersamanya.
Al Fatihku |
Sosok bayi mungil berjenis kelamin lelaki yang kami namai SYADDAD Al FATIH, sang penakluk yang kuat dan sangat pemberani. Seuntai doa yang kami sematkan untukmu nak. Kami menyayangimu karenaNya. Anak Lelaki pertamaku ... Al Fatihku.
Post a Comment