Bismillahirrahmanirahim
Cahaya dari Madrasah Pertama |
Ini pertama kalinya saya mereview sebuah buku di blog ini.
Buku Cahaya dari Madrasah Pertama
Buku ini ditulis oleh 25 penulis hebat yang menamai diri mereka Tim Penulis Pena Muslimah
Diterbitkan Halaman Moeka Publising Tahun 2020Dengan jumlah halaman sebanyak 240 halaman
Saya mengenal beberapa penulis dari buku ini dan merasa begitu bersamangat ingin membaca buku ini sejak pertama kali buku ini diperkanalkan. Maka ikutlah saya mendaftarkan nama saat buku ini membuka Pre Order pertamanya oleh Kak Arrifa'ah.
Pesan dari dan untuk Ibu |
Tanggal 15 Desember 2020 buku ini mendarat ke genggaman tangan saya. Membacanya halaman per halaman membuat saya banyak mengambil hikmah dari cerita indah yang dituliskan oleh ke 25 penulis dibuku ini. Berguman sendiri tiap mendapati kisah yang hampir serupa dengan kisah saya "Oh ... Saya tidak sendiri". Memeluk buku sambil sesunggukan ketika sampai pada bagian-bagian cerita yang membuat air mata tak tertahan untuk mengalir "Oh ... Betapa sabarnya".
Buku ini dibagi kedalam Tiga Cahaya, CINTA, KASIH, dan HARAP. Merefleksikan bagaimana si Madrasah Pertama aka seorang Ibu, Ummi, Bunda menghimpun begitu banyak CINTA, KASIH dan HARAPnya kepada sosok-sosok mungil yang disebut ANAK si penghuni madrasah pertama ini.
Seperti tiga bagian dalam buku ini, secara garis besar buku ini banyak menyajikan curahan hati berbalut hikmah berupa pengalaman, surat cinta, kalau bisa saya menyebutnya begitu, dan harapan-harapan yang selayaknya seorang ibu yang ingin ia tujukan kepada anak-anaknya.
Menjadi Ibu adalah Madrasah. Ialah telaga mereguk teladan adab dan ilmu, tonggak untuk pemahaman sepanjang usia. Menjadi ibu adalah menjelma layaknya mentari. Yang doa-doanya serupa cahaya, menerangi setiap langkah. Menjadi ibu adalah tentang kesetiaan untuk terus belajar. Mengumpulkan bekal pada setiap fase kehidupan. Menjadi ibu adalah perihal melepaskan. Menjadi ibu adalah seterusnya berbagi, meski hidup tak pernah sama, namun atas setiap perjuangan, jangan pernah merasa tengah berpeluh sendirian.
(Cahaya dari Madrasah Pertama)
Post a Comment