Aku sama sekali tidak pernah menyesali diamku, tetapi aku berkali-kali menyesali bicaraku (Umar Bin Khattab)
Pantaslah jika dikatakan bahwa lidah itu tidak bertulang, karena gerakannya yang lincah memang sulit untuk dikontrol. Pantaslah jika dikatakan bahwa lidah terkadang bisa lebih tajam daripada silet, karena dengan ucapan yang keluar dari kombinasi gerakannya terkadang dapat menyobek orang lain tepat di dalam hatinya.
Hal yang paling sering kusesali adalah ketika saya mengucapkan kata-kata yang diluar kendali. Terkadang saya baru menyadarinya ketika ucapan itu terlanjur keluar dari mulut hina ini.
Seberapa banyak orang yang terluka dengan ucapan itu?
Kenapa saya bisa mengucapkan kata-kata itu?
Semestinya saya bisa lebih menahan diri
Sering kali pemikiran-pemikiran itu terlintas jika saya sudah menyadari apa yang telah kuucapkan. Itulah sebabnya terkadang saya tidak ingin terlalu larut dengan perbicangan dengan seseorang, karena saya takut tidak bisa mengontrol mulut dan akhirnya mengucapkan hal yang diluar kendali.
Mengontrol lidah adalah salah satu Pe-eR terbesar saya. Saya bukan tipe yang ceriwis karena saya takut setiap perkataan saya akan menjadi pisau yang menyakiti. Karena saya sendiri pun sadar bahwa terkadang apa yang saya ucapkan bisa begitu menyakitkan.
Saya tidak tahu siapa yang pertama kali mengucapkan ungkapan ini "Sebagaimana kita belajar bicara, maka kita juga perlu untuk belajar diam", ungakapan ini sangatlah betul, sungguh belajar untuk diam itu malah lebih sulit dibanding belajar berbicara.
Mulut itu seperti pedang bermata dua, dia bisa sangat berguna jika digunakan dengan tepat dan bijak, tetapi bisa menjadi pengkhianat yang bahkan menyakiti orang yang memegangnya jika kita tidak mampu mengontrolnya. Pantaslah jika kukatakan bahwa penghianat itu bernama "mulut", jika ia bisa melukai pemiliknya sendiri.
Post a Comment