VISI SEJATI SEBUAH KELUARGA
Pemateri: Ustadz Syatori Abdul Rauf
Pemateri: Ustadz Syatori Abdul Rauf
Kita selalu memohon kepada Allah agar pasangan, anak kita semuanya menjadi qurrata’ayyun (Penyejuk/penenang jiwa)
Yang perlu kita siapkan saat berdoa adalah hati kita. Kalau kita berdoa, apa harapan dari doa kita? Harapannya adalah Allah dapat mengabulkan harapan kita. Kalau kita berdoa kita berharap persisnya masih berharap sangat berharap doanya diijabah.
QS. Al Mukmin: 60
Berdoalah kalian kepadaKU Niscaya aku ijabah doa kalian.
Berati dikabulkannya doa sudah menjadi janji Allah. Kalau Allah sudah berjanji “Allah tidak pernah menyalahi janji-janjiNya”
Adanya harapan doa kita diijabah itu artinya kita sedikit meragukan janji Allah. Faktanya banyak orang berdoa tapi sepertinya doanya belum diijabah. Kalau doa kita belum diijabh merasa doa kita belum dikabulkan, Kita harus memaknai arti dari “DIIJABAH”nya doa. Sepertinya pemaknaan diijabahnya doa seperti ini, inilah yang harus dikoreksi.
Terus yang tepat bagaimana? Bukan urusan yang menjadi baik, tetapi saya-nya yang menjadi orang baik dalam urusan yang saya minta kepada Allah.
Lebih utama KITAnya dibanding Apa yang kita doakan.
Tanda doa kita diijab? Kita menjadi pribadi menjadi penyejuk mata bagi pasangan dan anak-anak kita, sebelum mereka menjadi penyejuk mata bagi kita.
Doa yang hidup dalam diri kita, kemudian menghidupkan diri kita.
Doa untuk siapa saja, doa itu harus hidup, agar kita bisa menjadi kehidupan bagi keluarga kita
Apa yang menjadikan keluarga itu hidup?
Hidup dalam artian bermakna.
Yang membuat suasana keluarga hidup tidak lain karena adanya CINTA. Merasakan cinta bersama keluarga, tetapi kita perlu membingkai cinta ini, karena cinta ini bisa liar. Timbulnya segalam macam kehinaan atas nama cinta, itu membuktikan betapa cinta itu liar, berapa banyak orang yang kehilangan kehormatannya atas nama cinta.
Cinta yang mengasikkan itu adalah cinta yang mengagetkan.
Cinta itu harus dibingkai dalam bingkai Tazkiyah. Kenapa dalam bingkai Tazkiyah karena orang bilang cinta itu bahasa hati, maka bersih tidaknya cinta tergantung hati, terhiormat atau terhinanya cinta sangat tergantung pada hati.
Berarti hati kita harus bersih untuk memberikan cinta yang murni.
Terus apa ukuran hati kita sudah ter-tazkiyah?
Hati tenang dalam suasana ukhrawi.
Ingatlah dalam berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.
Kalau hati kita sudah tertazkiyah maka cinta kita akan menjadikan sebagai qurrata'yyun bagi kita dan bagi orang yang kita sayangi. Suasana ukhrawi satu-satunya habitat bagi hati untuk tumbuh dan berkembang. Manusia terdiri dari rohani dan jasmani. Jasmani dan rohani harus sama-sama bertumbuh.
Hati kita seperti ikan dan suasana ukhrawi itu seperti air bagai ikan. Kalau kita melihat ikan hati kita menjadi tenang karena dia ada di habitatnya.
Jika hati keluar dari susasana ukhrawi ke duniawi maka hati akan menggelepar-gelepar, artinya hati tidak akan tenang.
Hati yang tetap tenang dalam suasana duniawi adalah hati yang MATI.
CINTA DALAM BINGKAI TAZKIYAH
Semangat untuk mencintai ALLAH sekaligus semangat untuk mendapatkan cinta ALLAH.
Hal yang harus kita kejar dalam keluarga adalah CINTA ALLAH
Cinta adalah hal yang penting dalam sebuah keluarga. Bisa kita bayangkan bagaimana keluarga dapat bertahan tanpa cinta.
Apa itu keluarga?
Kumpulan orang yang bersepakat menuju ke titik tujuan yang sama
Keluarga harus saling mencintai. Tapi kenapa cinta dalam keluarga bisa berubah? Karena jika kita sudah berkeluarga kita akan terus menerus saling berhadapan. Makanya tujuan berkeluarga haru ditekankan agar menuju ke satu tujuan/titik yang sama.
Jadi jika kita sepakat untuk mencapai tujuan yang sama, berazzam agar sampai ke tujuan maka hal yang lain tidak akan dipersoalkan karena kita telah sama-sama bersepakat untuk mencapai tujuan yang sama.
Jadi apa yang paling dibutuhkan dalam keluarga?
Kebersamaan Hati. walaupun secara fisik tidak bersama tetapi karena kita menuju ke tujuan yang sama karena kita punya kesamaan hati maka itu tidak menjadi masalah.
Kebersamaan dalam keluarga perlu ikatan, dan tiada ikatan yang paling kuat selain cinta yang tulus.
Jadi masalahnya bukan karena kurangnya cinta, tetapi karena kurangnya ketulusan.
Maka pertanyaannya. Sudah tuluskan cinta kita dalam keluarga?
Cinta adalah pengikat kebersamaan. Buktinya ketika kita mencintai seseorang kita selalu ingin bersamanya. Karena kita menemukan kenyamanan bersama orang yang kita cintai, kalau kenyamanan menjadi alasan itu paling tidak ada inkonsistensi cinta. Itu tandanya TIDAK TULUS. Kenapa tidak tulus, karena yang dia cintai bukan istrinya tetapi kenyamanan yang ada dalam diri istrinya. Kalau suatu saat suami tidak menemukan kenyamanan di dalam diri istrinya, masikah ada cinta?
Mana yang lebih bermakna dalam kebersamaan kita dengan keluarga, MENCINTAI atau DICINTAI? Betulkah mencintai itu lebih bermakna ketimbang dicintai? Apa yang kita rasakan jika cinta kita tidak terbalas? Sudah pantaskah kita dicinta? Cinta siapakah yang lebih terasa? Cinta orang yang kita cintai? Atau cinta orang yang tidak kita cintai? Siapakah yang cintanya tulus? Cinta orang yang kita cintai? Atau cinta orang yang tidak kita cintai?
Orang yang mencintai kita, tetapi kita tidak mencintai dia. Berarti cintanya TULUS
Tetapi jika kita merasa begah dengan cinta orang yang mencintai kita tetapi tidak kita cintai berarti kita masih jauh dari ketulusan cinta.
Mana arti tulus yang lebih tulus? Berharap tidak terbalas? Atau tidak berharap berbalas? Yang lebih jelas tulusnya adalah yang pertama. Kita selama ini memahami tidak berharap berbalas, tetapi itu adalah tulus yang abu-abu.
Tulus itu memberi dan berharap tidak diberi
Cinta yang tulus adalah mencintai dan berharap tidak dicintai. Sanggup? “Loh buat apa saya mencintai kalau saya tidak dicintai” Kalau begitu tulus gak? ENGGAK
Tulus itu mencintai tanpa berharap mencintai, agar orang yang mencintai kita bukan karena kita mencintainya. Tapi karena mendapat karunia cinta dari Allah untuk mencintai kita.
Cinta siapapun ke kita adalah cinta Allah yang dia titipkan untuk kita lewat yang mencintai kita
Sudahkan kita merasakan cinta orang-orang terdekat kita sebagai cinta Allah untuk kita?
Mungkinkah Allah menitipkan cintaNya kepada orang-orang yang tidak kita cintai? Terkadang Allah menitipkan cintaNya kepada orang-orang yang tidak kita cintai.
Kapankah kita merasakan getar cinta Allah?
Untuk merasakan cinta Allah kita harus membutakan diri dari cinta selain Allah
CINTA ITU HARUS BUTA
Karena kalau belum buta tandanya belum cinta
Cinta buta dalam terang : cinta buta yang tulus
Cinta buta dalam gelap: cinta buta yang berlandas duniawi/nafsu
Visi Sejati Sebuah Keluarga | sepertikupukupu.com |
Post a Comment