Jika ada masalah yang terjadi di dalam rumah, maka tidak ada yang saya salahkan melainkan diri saya sendiri yang telah berbuat dosa kepada Allah
Tidak ada rumah tangga yang tidak pernah dihinggapi permasalahan. Baik itu permasalahan antara suami-istri, ayah dengan anak, ibu dengan anak, masalah pendidikan anak dalam keluarga, dll. Permasalahan dalam rumah tangga merupakan sesuatu yang wajar terjadi, bahkan rumah tangga Rasulullah pun pernah mengalami permasalahan dan itu diabadikan dalam Al-Qur'an hanya saja semua permasalahan itu tentunya memiliki jalan keluar yang baik.
Satu-satunya jalan keluar atau solusi ketika sebuah rumah tangga dilanda persoalan adalah kembalinya suami-istri yang membangun rumah tangga tersebut kepada jalan keluar sejati yaitu kepada petunjuk Allah melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ketika terjadi permasalahan dalam rumah tangga penyebab utamanya adalah dosa yang telah kita lakukan, sebaliknya jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah taubat kita karena Allah. Semua dosa termasuk dosa kecil bisa menjadi penyebab turunnya ujian yang menimpa kita, termasuk ujian dalam rumah tangga. Problem rumah tangga terjadi karena jauhnya suami-istri terhadap Allah.
Istighfar dan Keutuhan Rumah Tangga
Aku sangat yakin karena ampunan Allah-lah engkau kembali kepadaku
Ada sebuah kisah tentang seorang suami yang pernah bermasalah dengan istrinya. "Ketika itu saya betul-betul marah. Saya pun ke masjid, setelah beberapa menit berada dalam masjid, ternyata hati dan perasaan saya menjadi gelisah dan ingin secepatnya kembali kerumah. Kemudian saya pulang, tiba-tiba perasaan saya lega karena istri saya menyambut kedatangan saya dengan senyum keridho-an"
Istri saya mengatakan "Tahukah kamu apa yang menyebabkan saya tersenyum menyambutmu setelah pertengkaran kita tadi? Istighfar .... Saat tadi Engkau keluar rumah, tidak henti-hentinya aku beristighfar kepada Allah, karena aku merasa telah mengabaikan hak-hakmu. Aku sangat yakin karena ampunan Allah-lah Engkau kembali kepadaku"[1]. Masyaa Allah
Kisah ini menjadi pelajaran berharga untuk saya pribadi sebagai seorang istri untuk senantiasa memohon ampun kepada Allah atas semua kesalahan dan dosa yang telah saya lakukan yang mungkin saja menjadi penyebab permasalahan yang ada dalam rumah tangga kami. Semua masalah yang terjadi dalam hidup kita penyebabnya datang dari diri kita sendiri. Allah dalam QS. Asy-Syura: 30 mengatakan:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatanmu sendiri, dan Allah memafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahanmu) QS Asy-Syura: 30
Dari ayat diatas sudah jelas bahwa semua musibah dan permasalahan yang kita alami disebabkan oleh perbuatan kita sendiri, dan Allah juga menjanjikan ampunan bagi semua dosa yang telah kita lakukan dan inilah yang menjadi solusi atas permasalahan yang kita alami termasuk permasalahan dalam rumah tangga kita.
Memastikan Ke-Halal-an Rezeki dan Makanan dalam Rumah Tangga
Bisa jadi salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan, musibah dan kegoncangan dalam rumah tangga kita adalah karena kita membiarkan rezeki dan makanan yang haram masuk kedalam rumah kita. Ada sebuah kisah yang lagi-lagi menginspirasi saya.
Suatu saat DR. Nashir Al-Umar mengunjungi sebuah kota, lalu ada seorang penduduk yang bercerita kepadanya bahwa ada sepasang suami-istri yang sudah sangat tua yang memiliki 13 orang anak dan kesemua anaknya adalah anak yang sholih mereka hidup dengan bahagia, tentram dan damai.
Semua penduduk di kota tersebut bertanya-tanya bagaimana cara pasangan tua tersebut bisa menghasilkan dan mendidik ke 13 anak mereka sehingga menjadi anak yang sholih, ternyata setelah diselidiki mereka mendapati bahwa bapak tua dari 13 anak tersebut adalah seorang supir truk yang biasa mengangkut batu dan pasir pesanan orang yang hendak mendirikan bangunan. Meskipun kehidupan mereka sederhana, ia selalu memastikan rezeki dan makanan yang dia berikan kepada keluarganya adalah rezeki dan makanan yang halal.
Lalu ada seorang warga yang bercerita bahwa sang Bapak tua selalu memastikan bahwa truknya penuh dengan pasir, ia selalu berusaha meratakan bagian permukaan pasir sehingga ia yakin betul bahwa truknya telah penuh sesak dengan pasir, Masyaa Allah.
Bahkan saat hendak membayarkan zakat fitrah pasangan suami-istri tua tersebut selalu memenuhi karungnya dengan beras dan selalu memastikan bahwa karung mereka telah benar-benar penuh sesak dengan beras, kemudian ia bawa sambil menutupkan kain diatasnya karena khawatir beras tersebut jatuh di perjalanan.
Lihatlah hasil dari kejujuran, kesederhanaan dan usahanya yang maksimal dalam memberikan rezeki dan makanan yang halal untuk keluarganya. Dalam kondisi tersebutlah ia membesarkan dan mendidik anak-anaknya, sehingga kini ke tiga belas anak mereka menjadi orang-orang yang sholih dan berguna untuk orang lain, ada yang menjadi Doktor, dosen, bahkan ada yang menjadi pegawai pemerintah [1], Masyaa Allah.
Lagi-lagi kisah diatas sangat menginspirasi kami agar selalu memastikan ke-halal-an rezeki dan makanan yang kami berikan kepada keluarga kami, kepada anak-anak kami.
Penutup
Manusia sebagian besar terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan. Terkadang kita tidak sadar dan tidak mempunyai ilmu serta tidak punya keinginan untuk belajar mengenai halal dan haram, sehingga sangat mudah bagi kita untuk terjerumus kedalam keharaman tersebut. Tanpa disadari terjatuhnya kita kedalam hal-hal yang diharamkan itulah yang menjadi sumber segala masalah dalam kehidupan kita termasuk kedalam kehidupan rumah tangga yang kita jalani.
Kesimpulannya kita harus memulai dari diri kita sendiri. Kita harus men-gintrospeksi diri kita dan pasangan kita sejauh mana hubungan kita dengan Allah. Sebab hubungan kita dengan Allah yang akan menjadi solusi bagi semua permasalahan yang terjadi dalam diri dan keluarga kita. Saat kita mendapati masalah dalam kehidupan kita, introspeksi diri, istighfar mohon ampun pada Allah, Insyaa Allah semua masalah akan kita temukan solusinya. Dan yang tak kalah penting pastikan ke-halal-an rezeki dan makanan yang kita berikan kepada keluarga kita, agar rumah tangga yang kita bangun senantiasa dalam keadaan bahagia, tentram dan damai.
Referensi:
[1] DR.Nashir Al-Umar (2018). Keluarga Modern tapi Sakinah. Solo: Aqwam
Post a Comment