"Sepertinya saya tidak cocok untuk jadi guru kelas rendah"
Sejak bangku kuliah dulu, di masa PPL--Praktek Mengajar di Sekolah, saya selalu merasa kurang cocok untuk mengajar anak-anak yang duduk di kelas 1 dan 2 SD. Saya merasa bersemangat untuk mengajar di kelas tinggi--kelas 4, 5 dan 6, tapi begitu masuk ke kelas 1 dan 2, rasanya saya sudah capek duluan sebelum melangkahkan kaki ke dalam kelas, hehehe.
Bagi saya mengajar anak di kelas tinggi itu sangat seru karena mereka sudah bisa diajak untuk berdiskusi dan bercerita dengan lebih baik, beda dengan anak kelas 1 dan 2 yang "masih sangat anak-anak", mengajar mereka harus dengan tenaga yang lebih ekstra, salah sedikit anak-anak bisa nangis dan ngambek.
Saya sendiri baru memasuki dunia "mengajar" sejak tahun 2021 kemarin--pengalaman yang masih sangat amature. Kelas pertama yang diamanahkan kepada saya adalah kelas 3, rasanya kelas tiga adalah kelas pertengahan dan saya sangat menikmati momen-momen bersama anak-anak.
Lalu di tahun 2022 kemarin, saya diamanahkan menjadi guru kelas 5--kelas yang sangat luar biasa, dengan anak-anak yang sama luar biasanya, walau kadang saya mendapati diri saya masih "marah" pada beberapa momen, tapi secara keseluruhan kelas ini adalah kelas yang mengesankan dan penuh dengan memori indah. Saya memang selalu menyukai anak-anak diusia kelas tinggi.
Guru Kelas 1: Kelas yang Selalu dihindari
Seperti yang saya jelaskan diatas, menjadi guru kelas 1 berarti kita harus punya kesabaran yang lebih tebal ketimbang mengajar kelas tinggi, selain itu guru kelas 1 juga dituntut menjadi guru yang jauh lebih kreatif dalam proses mengajar, karena anak-anak yang sifatnya cepat bosan dan selalu ingin bermain. Terlebih lagi anak-anak di kelas 1 adalah anak-anak yang masih perlu perhatian ekstra baik dari segi jiwa maupun fisik mereka.
Di awal bulan Juli kemarin, sekolah kami mengadakan rapat pembagian tugas guru. Wali kelas 1 tahun lalu, sejak awal rapat sudah mengatakan bahwa dia ingin pengalaman yang baru dengan menjadi wali kelas di kelas tinggi (kelas 4, 5 atau 6). Jadi saat itu posisi untuk kelas 1 kosong. Saya sendiri sehari sebelumnya sudah mengatakan kepada kepala sekolah kalau tidak ada perollingan guru kelas, saya juga ingin tetap menjadi wali kelas 5.
Saat rapat dimulai, wali kelas 6, yang bulan Oktober nanti akan pensiun juga menginginkan agar beliau tetap menjadi wali kelas sampai masa purnanya datang. Saat pembahasan wali kelas untuk kelas 1--yang tahun ini dibagi menjadi dua kelas. Satu kelas untuk kelas 1 sudah aman karena ada seorang guru yang menawarkan diri menjadi wali kelas 1, sisa kelas paralelnya. Tidak ada guru yang bersedia, sehingga kepala sekolah memberikan saya penawaran.
"Kalau Ibu Fitrah, bisa menjadi wali kelas 1?"
Penawaran itu otomatis menjadi bahan pemikiran untuk saya. Sekedar informasi Kakak Fatih--anak sulung saya saat ini sudah masuk di kelas 1 dan qadarallah sang adik juga tidak mau kalah, jadi dia juga sama bersemangatnya untuk ikut ke sekolah dengan memakai pakaian seragam yang sama, Masyaa Allah.
Satu pertimbangan itu--Adek yang mau ikut belajar, menjadi alasan pertama saya untuk memikirkan "Apakah saya jadi guru kelas 1 saja?", alasan yang lain adalah karena di kelas 1 jam pulangnya lebih awal ketimbang kelas 5, sehingga saya bisa lebih awal untuk pulang dan alasan terakhir karena kalas 1 letaknya di bawah, saya tidak harus menaiki tangga yang cukup membuat ngos-ngosan saat ingin mengajar--kelas 5 letaknya di bagian atas sekolah. Akhirnya dengan bismillah saya mengiyakan penawaran kepala sekolah untuk menjadi guru kelas 1, dengan syarat saya bukan menjadi guru kelas bagi Kakak Fatih, hehehe.
Perasaan Setelah Menjadi Guru Kelas 1 Selama Dua Pekan Ini
Total sudah kurang lebih 2 pekanan saya menjadi guru kelas 1.A--saya diamanahkan menjadi guru kelas 1.A, Kakak Fatih sendiri masuk di kelas 1.B. "Bagaimana rasanya?" Luar biasa, hehehe.
Serunya Menjadi Guru Kelas 1
Harus Menyiapkan Yel-yel, Tepuk dan Lagu yang Banyak
Yang menyenangkan dari menjadi guru kelas 1 adalah pelajaran yang saya ajarkan selalu disertai dengan lagu, yel-yel ataupun tepukan sehingga bagi saya pribadi ini hal yang menyenangkan. Saat pelajaran Alfabet misalnya saya bisa mengkreasikannya sambil mengajak anak-anak menyanyikan lagu "ABCD", atau saat pelajaran angka, saya bisa mengajak anak-anak untuk menyanyi lagu "123" dan lain-lain. Begitupun dengan tepukan dan yel-yel.
Menjadi Guru yang Mengajarkan Segala Hal Dasar Kepada Mereka
Pelajaran di kelas 1 adalah pelajaran-pelajaran yang paling dasar, seperti angka, alfabet, bendera negara, Pancasila, lalu mulai dengan belajar membaca, belajar menulis, dan menghitung--pelajaran yang paling dasar. Sehingga hal tersebut menjadi amal jariyah yang Insyaa Allah dapat saya harapkan dan banggakan di akhirat kelak. Hal ini juga yang membuat saya semangat untuk bisa mengajar lebih baik.
Melihat Anak-anak yang Polos dan Selalu Ceria
Satu hal lagi yang sangat membuat saya bahagia adalah melihat anak-anak yang polos dan selalu ceria, bahkan mendegar mereka memanggil "bu guru" dengan manja saja sudah membuat saya sangat bahagia. Keceriaan dan kepolosan mereka seakan virus yang menyebarkan kebahagiaan untuk saya, Masyaa Allah.
Berpose dengan anak-anak saat waktu istirahat |
Tantangan Menjadi Guru Kelas 1
Harus Rela Membiarkan Pita Suara Bekerja Lebih Keras
Satu hal yang saya harus siapkan selama 2 pekan ini adalah "sebotol air minum", karena di kelas 1, suara saya harus menjadi sedikit lebih keras, karena anak-anak kadang tidak terlalu mendengarkan jika suara saya agak pelan.
Harus Lebih Kreatif karena Anak-anak Lebih Cepat Bosan di Dalam Kelas
Fokus, perhatian serta konsentrasi anak kelas 1 masih sangat rendah, mungkin hanya sekitar 30 menit mereka bisa berkonsentrasi dalam menyimak dan belajar, selebihnya mereka akan memiliki pola tingkah yang kadang membuat saya harus menghelas napas, hahahah. Dan membisikkan dalam diri sendiri "biarlah" mereka memang butuh pengalih perhatian, hahaha
Harus Mempersiapkan Segala Hal
Saat menjadi guru kelas 5, biasanya saya hanya membuat LKPD yang cukup sederhana, dan paling bentar cuma menyiapkan speaker sebagai salah satu alat dalam pembelajaran yang saya lakukan--misalnya saat menonton video pembelajaran. Tapi saat ini, tiap malam saya harus membuat alat peraga, dan juga membuat gambar-gambar visual serta LKPD yang menarik. Lalu di subuh hari saya harus menyiapkan lebih awal dengan memprint semua hal itu. Ini juga salah satu alasan saya beberapa hari ini menjadi kurang produktif dalam menulis, karena waktu saya lebih banyak dihabiskan dengan membuat media ajar untuk anak-anak.
Mempersiapkan LKPD dan Media Pembelajaran |
Harus Ekstra dalam Menerapkan Disiplin dan Manajemen Kelas
Di kelas 5 yang lalu, anak-anak hanya diingatkan tipis-tipis tentang kesepakatan kelas yang telah kami buat bersama. Tapi di kelas 1 ini, saya sebagai guru harus bekerja ekstra dalam menerapkan disiplin karena anak-anak masih "semaunya". Misalnya dengan menaikkan kaki diatas kursi atau bahkan diatas meja. Dalam dua pekan ini hampir setiap hari saya mengingatkan masalah tersebut, heheheh.
Harus Memperhatikan Tiap Murid
Anak kelas 1 punya tingkat kemampuan yang beragam, di kelas saya sendiri bahkan ada beberapa anak yang belum tahu sama sekali haruf-huruf alfabet, dan masih ada 3 siswa yang belum mampu menulis dengan baik. Saya masih berusaha untuk mencari cara agar membantu mereka dalam belajar dengan baik, semoga saya bisa mendapatkan cara yang terbaik, dan di akhir tahun depan mereka bisa menjadi anak didik yang jauh lebih pintar, Aamiin.
Penutup
Meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, tapi menjadi guru kelas 1 SD tetap membawa kabahagiaan tersendiri bagi saya karena Insyaa Allah saya dapat memberikan dampak yang menyenangkan dalam masa depan dan perkembangan mereka. Tantangan diatas Insyaa Allah harus berusaha saya hadapi dengan lebih banyak belajar dan memperbanyak pengalaman, kesabaran dan komitmen dalam memajukan pendidikan anak-anak. Doakan saya bisa terus mempunyai semangat untuk membersamai mereka dengan penuh kebahagiaan.
Post a Comment