Pesta Demokrasi sudah berakhir, kemarin di tanggal 14 Februari 2024, Indonesia sedang melaksanakan salah satu bagian dari sejarah yaitu pemiihan Presiden, Wakil Presiden dan Calon Legislatif. Bagaimana kesan kalian tentang Pemilu tahun ini? hehehe ... ini adalah tahun ketiga saya mengikuti pemilu 5 tahunan, tahun pertama saya adalah di tahun 2014 yang lalu atau 10 tahun lalu, Masyaa Allah time flies, rasanya baru kemarin saya begitu semangat mengikuti pesta demokrasi pertama dalam hidup saya, dan ternyata tahun ini sudah tahun ketiga saya.
Hidup di Keluarga yang Sangat Demokratis
Alhamdulillah, suatu kesyukuran bagi saya adalah karena saya lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sangat demokratis. Sejak saya mempunyai KTP di usia 17 tahun, sejak saat itu pula saya diperhitungkan menjadi seorang pemilih tetap, kedua orang tua saya tidak pernah memaksakan pilihan politik mereka kepada saya.
Saya ingat pemilu pertama yang saya ikuti adalah pemilihan wali kota atau gubernur saat itu--saya sudah lupa, ada tiga pilihan calon, tau apa yang terjadi pada keluarga kami? kami semua punya pilihan yang berbeda, dan ketiga calon tersebut mendapatkan suara dari kami semua, hahahah, bapak milih calon A, mama calon B dan saya calon C. Masyaa Allah, dan begitu seterusnya, setiap ada pemilihan umum, maka kami tidak pernah kompak pada satu suara, hehehe.
Sama seperti Pemilu di tahun 2014 yang lalu, saat itu ada dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK (Jusuf Kalla), saat itu kedua orang tua saya dengan kompak memilih Pak Jokowi-JK, karena katanya kita harus memilih yang sesama Sulawesi, saya malah memilih yang bersebrangan dengan mereka yaitu Pak Prabowo-Hatta, hehehehe. Tapi apakah orang tua saya marah? Atau malah mengata-ngatai saya? Tentu saja tidak, kami hanya tertawa-tawa, sekali lagi saya sangat bersyukur menjadi anak dari mereka, karena mereka tidak pernah memaksakan apapun kepada saya, bahkan sekelas pilihan demokrasi.
Demokrasi yang Tercoreng Saling Menjatuhkan
Lalu, di tahun-tahun berikutnya, saat media sosial semakin meluas, saat informasi semakin tersebar luas dengan begitu mudahnya, kita malah memasuki era dimana bersebrangan pilihan politik menjadi sesuatu yang sangat berbahaya, karena kita jadi begitu mudahnya saling menjatuhkan dan saling mengejek.
Tahun 2019 saya masih ingat sekali, bagaimana orang-orang bisa saling bermusuhan hanya karena berbeda pilihan politik. Lewat media sosial ada banyak sekali meme, sindiran, dll yang saling menyerang antara satu paslon ke paslon lainnya. Bagaimana saat itu antara kubu Prabowo-Uno dan Jokowi-Ma'ruf, saling mengejek dengan sebutan-sebutan yang sangat tidak manusiawi.
Tahun inipun seperti itu, rasanya beda pilihan capres-cawapres, jadi semacam bumerang yang akan menghantam kita dengan sangat berat, hahahaha. Rasanya membicarakan pilihan bukan lagi hal yang baik untuk dilakukan, karena kita bisa saja masuk kedalam perdebatan yang tidak berujung untuk mendukung pilihan kita dan menjatuhkan paslon yang lain.
ASN harus Netral
Untungnya, saya sudah menjadi ASN sejak tahun 2015, sehingga di tahun 2019 dan tahun 2024 ini saya berada dalam mode NETRAL, saya bersyukur karena hal ini, karena dengan berusaha bersikap netral, saya jadi punya benteng pertahanan dari segala kekeruhan Pemilu, bagi saya ini adalah sebuah Pesta yang sangat menyengsarakan, hahahah.
Menjadi Netral bukan berarti memilih Golput--tidak, saya tetap punya pilihan, tapi berusaha keras untuk memendam pilihan tersebut tetap di dalam hati saya sendiri, lagi pula saya sekarang adalah tipe emak-emak yang tidak terlalu percaya dengan politik.
Saat pemilu 2014 yang lalu, status saya saat itu masih menjadi seorang mahasiswa, saya ingat sekali betapa saya sangat bersemangat membaca dan menelaah setiap Visi dan Misi dari masing-masing calon presiden dan wapresnya, bahkan di kalangan calon legislatif sekalipun, hahaha. Betapa saya sangat bersemangat menonton setiap debat capres-cawapres yang diadakan oleh TV Nasional. Maka saat itu pilihan saya memilih Pak Prabowo-Hatta, menurut saya adalah pilihan yang terbaik--sayangnya saat itu Pak Prabowo harus kalah, hahahah.
Lalu di tahun 2019, selain saat itu saya adalah seorang ASN yang harus netral, saat itu saya juga sudah menjadi emak-emak rempong dengan 1 balita dan 1 bayi, hahahaha. Saya tidak lagi punya cukup waktu untuk membaca dan menelaah visi-misi, tidak lagi punya waktu untuk menonton debat, dll. Bahkan parahnya saat masuk bilik suara pun, saya sedang menggendong bayi 3 bulan saya--jangan tanya pilihan saya di tahun itu, hahahaha.
Tahun 2024 ini keadaan saya sudah jauh lebih baik dibanding tahun 2019 lalu, balita saya sudah masuk sekolah dasar dan si bayi sudah masuk TK. Jadi saya sudah punya lebih banyak waktu dengan diri saya sendiri, dan punya lebih banyak waktu untuk sedikit membaca visi-misi sang capres dan cawapres. Tapi untuk menonton debat, maaf sekali tahun ini juga ternyata saya melewatkannya--karena saya tidak sanggup begadang, hahaha.
Lalu apakah pilihan saya di tahun 2024 ini adalah pilihan yang matang? Yupss ... tapi sekali lagi saya tekankan, bahwa sekarang ini pandangan politik saya sama sekali tidak baik--saya sangat pesimis dengan politik Indonesia, saya tidak lagi percaya dengan siapapun yang bergerak di bidang politik.
Pun dengan capres dan cawapres pilihan saya, semua orang berubah--sesuai dengan tendensi politiknya. Sosok yang tahun ini kita elu-elukan misalnya, bisa jadi 2 tahun kemudian jadi serigala politik yang justru mencekik rakyat. Maka saya kurang setuju dengan orang yang terlalu mengelu-elukan seorang sosok, pun sangat tidak suka dengan mereka yang dengan mudahnya menjelek-jelakan sosok yang lain--yang bisa saja 10 dan 5 tahun yang lalu adalah sosok yang dia elu-elukan (you know who i mean)
Penutup
Akhirnya ... saya bisa menuliskan pemikiran saya ini, hahaha. Tahu tidak? apa yang saya tuliskan sekarang ini sudah ada di kepala saya sejak lama, hahaha. Terakhir, siapapun pilihan kita, semoga kita mempertanggung jawabkan yang sudah kita pilih. Dan siapapun yang ternyata Allah takdirkan menjadi pemimpin bangsa ini di 5 tahun yang akan datang, semoga bisa menjadi pimpinan yang amanah, yang takut kepada Allah dan mau memperjuangkan rakyatnya dengan sepenuh hati. Dan semoga kelak Indonesia bisa menjadi negara yang menjadi syurga bagi semua warganya, Aamiin.
Post a Comment