"Apa sebenarnya yang kau cari?"
Beberapa waktu lalu sebuah reels di instagram cukup membuat saya menangis, hehehe ... yups, begitulah. Dalam reel tersebut seorang wanita mengajukan pertanyaan yang sama "Apa yang sebenarnya kita cari?" Tidak bisa dipungkiri kalau terkadang dalam hidup ini kita punya suatu goals yang ingin kita capai, dan ini memang adalah hal yang baik karena tanpa goal tersebut kita tidak akan mampu kemana-kemana---maksudnya tanpa goal dalam hidup kita tidak akan punya alasan yang kuat untuk keluar dari zona nyaman kita selama ini. Tapi ... yang perlu digaris bawahi adalah membandingkan diri kita dengan pencapaian orang lain.
Awal bulan ini, izinkan saya untuk berefleksi karena saya memang membutuhkan refleksi diri, belakangan ini begitu banyak hal yang sedang berkecamuk dalam kepala saya; perbandingan demi perbandingan, deadline yang tidak mencapai target, harapan yang tidak sesuai ekspektasi dan lain-lain. Saya bukan orang yang perfeksionis, tapi saya akui kalau saya adalah seseorang dengan mimpi yang besar, sehingga saat ternyata apa yang saya rencanakan tidak sesuai harapan maka biasanya saya akan menyalahkan diri dengan penyesalan yang besar.
Racun itu Bernama "Perbandingan"
Tanpa sadar kita selalu dalam zona perbandingan diri ini, saya pribadi merasakan hal tersebut, padahal saya tahu persis kalau perbandingan diri itu bukan hal yang baik, tapi saya selalu terjatuh dalam hal yang sama---lagi dan lagi. Saat melihat pencapaian orang lain, sering kali saya kembali memasuki zona racun itu dengan mengatakan pada diri sendiri "Dia bisa sampai begitu, kamu kapan, Fit?" Dan biasanya perbandingan itu muncul bersamaan dengan banyak hal yang membuat saya akan menyalahkan diri sendiri---racun betul, hehehe.
Merasa Lebih Baik dari Orang Lain
Ini adalah racun kedua dalam pikiran saya, saya selalu merasa lebih baik atau minimal setara dengan kemampuan orang lain---saya tidak pernah merasa kalau saya orang yang lemah. Maka jika saya mendapati orang lain itu lebih baik daripada saya, dengan segera saya akan mencari titik lemah yang saya miliki "Kenapa dia bisa, saya tidak bisa?" Terkadang pemikiran ini memang baik untuk menumbuhkan semangat atau afirmasi positif dalam diri, tapi dalam situasi tertentu saya merasa ini juga bisa menjadi racun dalam diri saya karena akan membawa saya merasa "lebih baik dari orang lain"
Keep Calm, Apa sih yang Sebenarnya Kau Cari?
Sampai pada akhirnya, saya sampai pada pemikiran "Iyya juga sih, apa sebenarnya yang saya cari?" Apa sebenarnya yang kita cari? Kebahagiaan, kesuksesan, pandangan baik orang-orang tentang kita, atau apa?
Mencari Kebahagiaan
Satu yang pasti dalam semua pertanyaan itu adalah kebahagiaan, tapi bagaimana standar bahagia yang kita ciptakan? Sebab bahagia orang itu berbeda-beda. Ada yang bahagia hanya karena bisa merasakan semangkok mie panas, ada yang bahagia hanya karena bisa tidur malam dengan pulas, dll. Standar kebahagiaan yang bagaimana yang kau ciptakan?
Kebahagiaan itu Kita yang Ciptakan
Saya setuju dengan pernyataan ini, saya pernah bertanya kenapa anak-anak jauh lebih bahagia daripada orang dewasa, kenapa anak-anak punya kebahagiaan yang jauh lebih sederhana ketimbang kita sebagai seorang dewasa. Ternyata jawabannya karena standar kehabagiaan anak-anak masih sederhana.
Maka sederhanakan standar kebahagiaan kita. Masalahnya standar bahagia ini juga sangat ditentukan oleh apa yang kita lihat, dengar dan baca. Saat nonton drama korea misalnya, kita melihat sepasang suami-istri bisa begitu romantis dan tanpa sadar menjadikan kromantisan itu sebagai tanda kebahagiaan hidup pernikahan kita, tapi kita tertampar realita bahwa ternyata suami kita tidak seromantis itu, maka jatuhlah rasa bahagia itu. Yuk, ahh .. sederhanakan standar bahagia kita, sehingga kita bisa menjadi lebih tenang dan bahagia.
Mencari Kesuksesan
Satu lagi yang menjadi standar dalam hidup adalah "Sudah seberapa sukses diri kita?" "Pencapaian apa yang sudah kita dapatkan?" Pemikiran ini biasanya datang dari pandangan orang lain terhadap diri kita. Orang lain terkadang kepo dengan kesuksesan yang kita miliki, atau kita yang terlalu kepo dengan kesuksesan orang lain dan menjadikannya sebagai standar dalam hidup kita sendiri.
"Dia sudah punya mobil""Dia sudah naik haji""Dia sudah punya banyak tabungan emas"DLL
Ada banyak kesuksesan orang lain yang terkadang membuat diri kita kepanasan, kalau istilah orang zaman sekarang---orang lain yang belik AC, kitanya yang kedinginan, hahaha--tapi ini benar. Rasa iri, rasa tidak mau kalah ini harus dikubur dalam-dalam karena sungguh ini sangat membunuh hati kita, menghancurkan diri kita sedikit demi sedikit.
Sederhanakan Standar Suksesmu
Sama seperti standar bahagia yang kita punya, mungkin kita juga bisa sedikit menyederhanakan standar sukses yang kita miliki. Misalnya dengan melihat kesuksesan kita dalam mendidik anak-anak---tidak usah jauh-jauh. Anak-anak bisa hafal beberapa surah pendek misalnya--bisa menjadi salah satu indokator kesuksesan yang kita buat dengan sederhana.
Atau misalnya kita berhasil menhemat pengeluaran bulanan walau hanya 100ribu perbulan dan bisa menabungnya itu juga sudah masuk sebuah kesusesan, tidak usah silau dengan tabungan emas orang lain---buat tabunganmu sendiri dengan versi yang sederhana.
Apa Pandanganmu Terhadap Kehidupan?
Pertanyaan ini juga akan membuka pikiran kita, "Sebenarnya kita melihat hidup kita bagaimana? Apakah orientasinya pada akhirat?"
Jangan-jangan selama ini hidup kita selalu berorientasi pada dunia, Naudzubillah ... Tapi tidak masalah, masih ada waktu untuk merubah orientasi hidup yang kita miliki. Temukan makna hidup yang kita jalani. Kehidupan bermakna itu akan membawa kita pada pandangan baru terkait orientasi hidup kita. Kehidupan bermakna akan memberi kita alasan untuk bangun di malam hari untuk bermunajat pada-Nya dan akan membawa kita pada banyak kebaikan-kebaikan yang Insyaa Allah akan membawa kita pada banyak kebahagiaan hidup.
Penutup
Jadi, apa yang sebenarnya kau cari? Saat kita masih terus dalam pencarian, mungkin hal yang terbaik adalah berhenti sejanak, berikan jeda sejenak pada dirimu dan tanyakan pada diri kita "Apa sebenarnya yang kita cari?"
YUP! Bahagia itu sederhana
ReplyDeleteIyya betul Bahagia itu sebenarnya sederhana.. Ekspektasi kita yang terkadang terlalu ketinggian
Delete