Timbu' Dama: Wisata Puncak Gunung yang Mempesona

Bismillahirrahmanirrahim

Puncak Timbu' Dama

Setelah berbulan-bulan tidak merasakan kesenangan dengan melakukan aktivitas camping bersama keluarga karena cuaca beberapa bulan ini yang tidak mendukung untuk mendaki. Akhirnya di hari Sabtu tanggal 9 Juni yang lalu kami sekeluarga bersama rekan guru dan anak-anak murid Pak Suami melakukan perjalanan ke puncak Timbu' Dama.

Puncak Timbu' Dama sendiri berada di Leko' Desa Mambulilling Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat, puncak Timbu' Dama hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat kota Mamasa dan berada di ketinggian 600-2000 di atas permukaan laut.

pendaki puncak timbu' dama
Para pendaki puncak Timbu' Dama | Sumber: Fitrah Alimuddin

Perjalanan Ke Timbu' Dama

Kami sekeluarga---Pak Suami, saya dan kedua anak kami, berangkat dari Desa Malabo, lalu singgah di Kecamatan Balla karena kami berencana untuk berangkat bersama-sama dari Balla ke Timbu' Dama. Kakak Fatih akhirnya pindah ke motor Ibu Guru Delima---teman kerja Pak Suami karena motor beliau yang kosong.

Ada 4 motor lainnya yang semuanya dikemudikan oleh siswa Pak Suami secara berboncengan, kami berangkat setelah sholat Ashar. Di pertengahan jalan gerimis turun, tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan karena melihat langit di kawasan kota masih cerah jadi kemungkinan di Kota Mamasa tidak terjadi hujan dan benar saja di Kota memang langitnya masih cerah.

Di Kota Mamasa, kami berpisah dengan siswa Pak Suami karena mereka singgah di minimarket untuk membeli beberapa makanan, kami sendiri singgah di tempat penjual ayam untuk membeli ayam potong dan membeli beberapa roti dan mie instan.

Setelah itu kami menuju ke lokasi pertemuan di depan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mamasa dan bersama-sama berkendara ke lokasi atau yang kami kira lokasinya, hehehe. 

3 Kali Tersesat di Perjalanan ke Timbu' Dama

Bu Guru yang kami kira mengetahui arah jalan ke Timbu' Dama membawa kami ke arah jalan Buntu Kepa'--juga salah satu spot wisata yang bisa kami gunakan berkemah di Mamasa, sampai akhirnya 1 motor yang dikendarai oleh siswa Pak Suami yang pernah ke Timbu' Dama mendahuli kami dan memberitahukan kepada kami kalau kami salah jalan, heheheh.

Akhirnya kami mutar balik, tapi lagi-lagi terjadi drama tersesat karena ada 3 motor yang ketinggalan jauh dari si petunjuk jalan---termasuk motor kami, akhirnya Pak Suami menelpon salah satu siswanya memberitahukan kalau kami jauh tertinggal dan berharap untuk dijemput.

Moment tersesat yang terakhir adalah saat kami hendak naik ke jalanan mendaki menuju puncak gunung, dimana sang penunjuk jalan salah belok, hehehe. 

Perjalanan selanjutnya cukup terjal dengan jalanan kecil yang hanya bisa dilalui 1 motor dan jurang di salah satu sisinya, belum lagi jalanan yang licin karena bekas air hujan. Akhirnya saya dan beberapa anak yang dibonceng harus turun--karena ditakuti motor tidak akan sanggup untuk mendaki kalau dalam posisi membonceng.

Saya turun dan jalan kaki bersama anak-anak yang lain, dan luar biasa ..... pada moment ini saya seperti kehabisan napas karena jalanan yang terus mendaki yang tidak bisa membuat kaki kami istirahat, giliran kami bisa sedikit istirahat mengambil napas, kami harus berhadapan dengan bau kotoran Babi di sisi jalan yang luar biasa mengganggu penciuman---bayangkan saya dalam keadaan sesak terus harus ditambah dengan bau yang menyengat, ahhahah, rasanya saya mau mati. Sampai di pertengahan jalan, motor sudah tidak bisa naik karena jalanan tanah yang basah sehingga motor harus diparkir di sana. Lalu kami semua melanjutkan pendakian sekitar 300an meter sampai akhirnya kami sampai di Timbu' Dama.


Disambut dengan Pelangi yang Indah

pelangi di puncak timbu' dama
Pelangi di Puncak Timbu' Dama | Sumber: Fitrah Alimuddin

Kami sampai di Puncak Timbu' Dama sekitar pukul 5 sore, kami disambut dengan gerimis kecil dan langit yang dipenuhi oleh pelangi yang indah. Kami berteduh di bale'-bale' yang ada di sana sambil menunggu gerimis redah. Setelah gerimis redah, kami menyempatkan untuk berfoto mengabadikan moment dan mendirikan tenda. 

Kegiatan di Malam Hari

Setelah sholat maghrib, beberapa siswa Pak Suami mulai menyiapkan ayam potong untuk dibakar, beberapa dari kami berkumpul di lokasi pembakaran untuk menghangatkan diri. Ayam bakar belum matang, tetapi Kakak Fatih sudah mulai mengantuk, jadi saya menenaminya untuk masuk ke dalam tenda. Saat sholat Isya saya keluar tenda dan makan bersama dengan yang lainnya di bale'-bale.

Setelah sholat Isya saya kembali masuk ke dalam tenda untuk tidur bersama dengan anak-anak---tenda kami sendiri adalah tenda untuk dua orang, jadi hanya muat di tididur oleh saya dan kedua anak kami. Pak suami sendiri masih asyik berscengkrama dengan siswa-siswanya dan baru tidur setelah tengah malam.

Saya sendiri memang setiap camping selalu tidur lebih awal karena saya memang tidak sanggup untuk begadang, heheheh. Makanya moment malam hari di perkampingan tidak terlalu istimewa untuk saya, hehehe.



Menikmati Kabut Pagi di Puncak Timbu' Dama

Negeri di atas awan
Negeri di atas awan Puncak Timbu' Dama | Sumber: Fitrah Alimuddin

Saya dan anak-anak bangun di pukul 5 pagi, lalu menmebus kabut untuk ke sumber air--berwudhu dan sholat Subuh, ternyata Pak Suami mendengar kami berbicara dan akhirnya ikut terbangun, hehehe. Suasana masih sangat dingin di subuh hari, sehingga setelah sholat Subuh, saya dan anak-anak kembali ke dalam tenda.

Negeri di atas awan
Puncak Timbu' Dama | Sumber: Fitrah Alimuddin

Kami keluar tenda saat cahaya matahari mulai menampakkan diri dan memperlihatkan keindahan di puncak Tim' Dama dengan kabut pagi yang menutupi gunung di hadapan kami, sehingga memberikan kesan seperti kami diatas awan, Masyaa Allah ... moment ini tentu saja tidak kami lewatkan dengan banyak mengambil foto dan video.
Negeri di atas awan
Fatih dan Fayyad berpose di Puncak Timbu' Dama dengan latar awan | Sumber: Fitrah Alimuddin

Rencana Pulang yang Harus Dipercepat

Sebenarnya kami berencana pulang atau turun dari puncak Timbu' Dama di sekitar pukul 11 siang, tetapi rencana itu harus dipercepat karena siswa-siswi Pak Suami yang takut membawa turun motornya dari ketinggian dan syukurnya ada beberapa pengunjung di sana yang juga merupakan mantan siswa Pak Suami yang bersedia membantu mereka menurunkan motor.

Tetapi mereka berencana untuk turun lebih awal, sehingga kami mengikuti waktu mereka dan harus membereskan tenda di pukul 8 pagi. Kami turun dari puncak Timbu' Dama di sekitar pukul 9 pagi. Saya dan anak-anak yang lain turun dengan berjalan kaki.

Setelah sampai di tempat motor yang telah diturunkan terlebih dahulu, barulah kami kembali naik motor dan pulang dengan berombongan kembali.

Kesan yang Indah di Perjalanan Camping


Perjalanan camping kali ini luar biasa, karena baru kali ini saya benar-benar merasakan sensasi "naik gunung" yang hamoir saja membuat dada saya meledak karena kehabisan napas, hahahaha. Pada momen ini saya bersumpah pada diri sendiri untuk rajin olahraga agar saat moment mendaki kembali datang, saya siap secara fisik menghadapinya, hahahaha.

Sebenarnya sebelum ke Makassar, kami berencana untuk kembali camping ke Puncak Liarra', salah satu spot negeri di atas awal lainnya di Kabupaten Mamasa, sayangnya saya dan Pak Suami harus kembali lebih awal ke Makassar karena Mama saya yang di rawat di rumah sakit.

Next, setelah kembali ke Mamasa, Pak Suami sudah punya temoat baru untuk dikunjungi, semoga kami semua disehatrkan dan rencana camping kami bisa terlaksana. Aamiin

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕